www.musirawasterkini.com
Musi Rawas – Pandemi Covid-19 tak kunjung usai membuat pemerintah melakukan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk di Kabupaten Musi Rawas dan sekitarnya.
Hal ini pun menggilas dan menghimpit para pelaku seni pertunjukan, dan pelaku usaha jasa penyewaan peralatan pesta, tenda, dan juga musisi.
Tidak ada pesta hajatan, kafe dan restoran dibatasi operasionalnya. Serta tidak boleh untuk makan ditempat atau nongkrong agar tidak ada kerumunan.
Kondisi itu bagi Fendy, salah seorang pelaku seni hiburan. Ia mengaku, situasi sulit bagi dirinya dan rekan-rekannya. Tidak bisa lagi tampil dan mendapatkan rezeki untuk menafkahi keluarganya.
“Kelewatan kali lah situasinya. Gawat kali lah pokoknya. Sudah gak bisa lagi lah ngamen,” katanya, kepada awak media Senin (26/7/2021).
Fendy dan rekan-rekan selama ini mengais rezeki untuk menafkahi keluarga dengan tampil bermain musik di acara pernikahan, ulang tahun atau acara resepsi lainnya. Baik di hotel, maupun di pemukiman warga.
Dengan pemberlakuan PPKM darurat, ia harus memutar otak dengan keras untuk menghidupi anak istrinya. Selain itu, ia juga harus bekerja ekstra keras karena selama ini pemasukan hanya mengandalkan hasil dari ngamen.
“Acara pesta nikah dan lainnya sudah pasti gak ada. Di kafe dan restoran juga gak bisa. Serabutanlah dikerjain, dapat-dapat uang untuk dapurlah,” paparnya.
Ia berharap, pemerintah memperhatikan mereka. Karena sejak awal pandemi mereka juga sangat kesulitan dan sangat terdampak.
“Awal tahun 2021 sampe Juni lumayan. Mulai adalah jobkan. Kena PPKM darurat ini lagi, gawat lagilah. Tolonglah disampaikan suara kami ke pemerintah, supaya ada solusi untuk kami, ada bantuan untuk kami, bukanya kami tidak patuh dan tidak mendukung program pemerintah, akan tetapi tolonglah perhatikan kami,” harapnya.
Sementara itu, Sigit Alfian yang juga merupakan ketua dari ASMURA (Asosiasi Seniman Musi Rawas) dan merupakan salah satu pelaku usaha penyewaan peralatan pesta mengaku, ia dan rekan-rekannya harus banting stir agar bisa bertahan hidup dan menafkahi keluarganya.
Selama pandemi pendapatan mereka sangat anjlok. Sangat berat bagi mereka menghadapi hari demi hari selama pandemi ini apalagi saat PPKM darurat.
“Semua pelaku usaha penyewaan peralatan pesta banting setir untuk selamatkan kehidupan. Cari jalan masing-masing lah, ada yang jualan, ada yang kerja ikut org. Selama pandemi tentu sangat terasa, pendapatan menurun drastis,” ungkapnya.
Meski mencari peluang lain, namun pendapatan mereka juga tidak tentu. Karena, semakin banyak orang yang berjualan. Dampak pandemi membuat banyak orang dirumahkan.
“Kami dari pekerja seni menghormati keputusan/ kebijakan pemerintah, akan tetapi setidaknya beri solusi buat kita. Bukanya kami tidak takut dan peduli sama corona tapi kami lebih takut keluarga kami mati kelaparan karena tidaj ada penghasilan,” keluh Sigit.
Ia mengungkapkan, padahal awal 2021 hingga Juni pelaku penyewaan alat-alat pesta mulai bangkit. Karena sudah mulai ada yang pesta dan acara-acara lainnya.
“Sekarang pada lagi bertahan hiduplah semua. Masih bertahan jangan sampai jual aset yang ada,” tandasnya. (Tim)