www.musirawasterkini.com
Agama islam melarang kita untuk memadang rendah terhadap orang lain. Bahkan kita di larang menghina sesama kita sesuai dengan firman Allah yang berbunyi
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Adzim).
Allah adalah sebaik baik pencipta maka setiap ciptaanNya pasti memberikan hikmah yang tidak kita ketahui. Maka janganlah antara kita menghina orang lain di saat kita nampak keburukan mereka. Boleh jadi apa yang kita nampak buruk itu adalah baik bagi Allah kerana sesungguhnya hanya Allah sja yang Maha Mengetahui apa yang kita tidak ketahui. Mencela keburukan seseorang itu jugak sangat di larang dalam agama kita.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْراً مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاء مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْراً مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim “ (QS. Al Hujuraat :11)
Jika kita ingin berjaya maka kita hendaklah berusaha untuk mencapai kejayaan. Kejayaan itu tidak perlu ada kata kata atau perbuatan yang menjatuhkan orang lain. Untuk kita meraih apa yang ingin kita perolehi, maka tidak perlu kita meremehkan orang lain dengan cara yang salah. Bersainglah dengan cara yang sihat. Perlu di ingat kejayaan seseorang itu di ukur dari usahanya dan bukan dari perbuatannya meremehkan orang lain.
Rasullullahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi wasiat,
لاَ تَسُبَّنَّ أَحَدًا
“Janganlah engkau menghina seorang pun.”
Sifat sombong itu pemacu perbuatan meremehkan orang lain.kita merasa lebih hebat atau benar dari orang lain.jika kita ingin berjaya maka jangan pernah kita meremehkan orang lain. Jangan pernah sombong dengan apa yang kita miliki sekarang. Semua yang kita miliki itu adalah milik Allah. Yang penting adalah iman dan taqwa. Derajat manusia itu tidak dapat di ukur dengan harta benda atau kekayaan. Allah yang berhak menilai dan menghakimi setiap hamba hambaNya
Allah Ta’ala berfirman,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al Mujadilah: 11)
Sebagai manusia yang sangat terbatas, maka perlulah kita selalu berdoa agar tetap berada di jalan Allah tanpa perlu bersifat sombong dan meremehkan orang lain.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sabdanya,
وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ وَارْفَعْ إِزَارَكَ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الإِزَارِ فَإِنَّهَا مِنَ الْمَخِيلَةِ وَإِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ
“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.
Tinggikanlah sarungmu sampai pertengahan betis. Jika enggan, engkau bisa menurunkannya hingga mata kaki. Jauhilah memanjangkan kain sarung hingga melewati mata kaki. Penampilan seperti itu adalah tanda sombong dan Allah tidak menyukai kesombongan.
Jika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.” (HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadits ini shahih).
Aesyah@cinta dalam hijrah